Kamis, 29 Oktober 2009

Mish'al: Kami tidak berada di saku Iran atau Suriah!

0 komentar
Khalid Mish'al, kepala biro politik Hamas


Manamah – infopalestina; -Kedatangan Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Mish’al ke Bahrain untuk menemui Raja Syeikh Hamd bin Isa al-Khalifah sangat mengejutkan semua pihak, baik politikus maupun para wartawan. Karena orang ini sangat hati-hati dan menyembunyikan pergerakan serta perpindahannya dari satu tempat ke tempat lain karena persoalan keamanan semata. Kalau tidak demikian akan membahayakan dirinya, karena ia salah satu orang yang akan diancam bunuh oleh pihak 'Israel'. Kita masih ingat upaya pembunuhan Mish’al pada tahun 1997 yang dilakukan oleh antek-antek Mossad. Upaya pembunuhan yang gagal itu mengakibatkan mendiang Raja Yordania, Raja Husein marah besar dan memaksa pelakunya harus mengobati korbannya hingga sembuh.

Jadwal acara kunjungan ini juga “rahasia” jauh dari pantauan media massa. Tak ada ceramah dan konfrensi pers yang digelar. Sampai media lokal juga susah untuk mengadakan wawancara dengan Mish’al walaupun ada isyarat untuk itu. Hanya harian al-Rai Kuwait yang bisa memperoleh kesempatan tersebut.

Seperti biasanya, Mish’al menyambut kami sebagai wartawan dengan senyum yang ramah. Wawancara “panas” dengan beliau dilakukan di tengah malam, bersamaan waktu sahur bersama hidangan ala kadarnya di lemari es yang ada di kamarnya.

Kami berbicara dengan orang yang tahu betul seluk beluk gerakan Hamas yang kini menguasai Jalur Gaza dan kemungkinan di hari-hari mendatang akan bentuk hubungannya dengan Otoritas Palestina (OP), Arab, negara-negara di wilayah Timur Tengah dan dunia internasional.

Mish’al menegaskan bahwa “Pihak-pihak media Palestina berupaya memperburuk citra kami dan negara-negara yang berperan menjadi mediator mulai mengungkap sebuah fakta.” “Yang penting buat kami adalah terwujudnya kemaslahatan,” lanjutnya sambil menekankan bahwa “Pencarian semua kasus tanpa ada unsur dendam adalah cukup untuk membuktikan hal itu.”

Menjawab sebuah pertanyaan, Mish’al menyatakan bahwa “Siapa yang ingin menghormati legalitas kepala OP, maka ia harus juga menghormati legalitas dewan legislatif.” Dari sisi lain, Kepala Biro Politik Hamas ini menegaskan “Kami tidak berada di saku Suriah ataupun Iran, kami tidak menerima siapapun yang mencampuri urusan dalam negeri kami.” “Bagi Hamas siapa yang menang dalam pemilu presiden nanti tidak menjadi soal. Walau demikian, kami siap berinteraksi dengan perubahan obyektif dalam politik Amerika yang menghormati kehendak bangsa di wilayah Timur Tengah dan memperkecil keberpihakannya kepada Zionis 'Israel',” tegas Mish’al kembali. Berikut teks wawancara secara lengkap:

Hari ini Anda berkunjung ke Bahrain, dan sebelumnya ke sejumlah negara Arab lainnya, misi apa yang ingin Anda sampaikan kepada para pemimpin Arab yang Anda temui tersebut?

Pertama, kami sangat konsen dengan melakukan kontak dan interaksi di level pimpinan Arab, dunia Islam dan dunia internasional. Adapun persoalan yang kami bahas disini (Manamah), dan mayoritas dalam kunjungan kami di negara-negara Arab lainnya, mencakup banyak masalah, khususnya mengenai blokade Gaza dan bagaimana cara membebaskannya. Persoalan rekonsiliasi nasional juga kita bahas. Terus terang, dari hari ke hari, kami menemukan upaya penyesatan oleh sebagian pihak tentang sikap Hamas yang sebenarnya tentang rekonsiliasi Palestina. Dengan interaksi ini, kami ingin berupaya meluruskan kondisi dan mengungkap fakta kepada saudara-saudara Arab. Terutama setelah pembicaraan yang terjadi di tengah-tengah konfrensi menteri luar negeri Arab dan tudingan ke sebagian orang Palestina sebagai pihak yang bertanggungjawab atas apa yang tengah terjad di internal Palestina. Oleh karena itu, kami berupaya mempertegas sikap kami kepada semua pihak bahwa kami bersama rekonsiliasi Palestina hakiki berikut tuntutan-tuntutannya.

Kami juga berdiskusi dengan mereka (pemimpin Arab) tentang perundingan damai antara Palestina dan 'Israel' dengan menekankan pada pengungkapan sikap 'Israel' yang sebenarnya. Semua janji dan pernyataan-pernyataan sumbang yang diperdengarkan kepada orang-orang Arab, mengandung tipu muslihat semata. 'Israel' secara terang-terangan menolak berkompromi dengan empat agenda utama dalam perundingan. Empat agenda itu adalah masalah status kota Al-Quds, hak kembali, pembongkaran permukiman Yahudi dan penarikan pasukan dari wilayah-wilayah yang Yahudi jajah tahun 1967. Kami sampaikan kepada mereka dengan angka secara rinci. Realitanya, 'Israel' jika menerima usulan pertukaran tawanan maka 50% luas Tepi Barat dibawah kontrolnya. Ini sangat bahaya sekali.

Kami sangat yakin bahwa saudara-saudara Arab tidak akan memberikan payung apapun untuk perundingan yang melanggar hak dan pondasi nasional. Tak ada satupun seorang pemimpin Palestina yang bisa memberikan payung untuk perundingan seperti ini. Sementara di pihak kami, kami tidak akan menerima apapun perundingan yang bertentangan dengan apa yang sudah disepakati dan setujui oleh para faksi dalam dokumen konsensus nasional.

OP dibawah pimpinan Mahmud Abbas biasanya berhasil dalam merangkul dan menyatukan sikap politik resmi pemimpin Arab untuk berpihak kepadanya, begitu juga sikap Liga Arab yang terakhir. Anda selalu mengartikan itu semua sebagai sebuah tekanan dari Amerika. Namun pada akhirnya, inilah realita. Menurut Anda apakah gerakan Anda bisa menghadapi realita tersebut?

Kami tidak menilai bahwa pimpinan OP bisa menggiring pemimpin Arab kepada sikapnya. Begitu juga tidak semua sikap Arab satu, beragam. Bangsa Arab, seperti yang Anda ketahui adalah terdiri dari banyak negara dan kebijakan yang bermacam-macam. Kami selalu mengadakan kontak dengan negara-negara Arab itu. Dan sudah barang tentu negara-negara Arab ini mendengarkan dari kami dan dari orang lain. Kami juga tidak memungkiri banyaknya pengaruh, tapi persoalannya, pada akhirnya, tidak tertumpuh pada faktor penekan satu saja. Kami memiliki sejumlah catatan dan kecaman atas beberapa pernyataan Arab yang dikeluarkan sambil menuding orang-orang Palestina sebagai yang bertanggungjawab. Kami carikan jalan keluar dari masalah ini dengan melakukan kontak hubungan dengan orang lain dan menampilkan pandangan yang kami usung dalam persoalan rekonsiliasi. Menurut keyakinan saya, negara-negara Arab yang masuk dalam garis rekonsiliasi sejak setahun ini, mengetahui sikap Hamas yang sebenarnya dari rekonsiliasi ini. Mereka tahu bahwa Hamas lah yang membuka pintu rekonsiliasi dan mendorong negara-negara tersebut untuk mengupayakan secara sungguh-sungguh dan menjadi mediator dalam masalah ini.

Negara-negara ini juga tahu benar siapa penyebab utama yang ingin menjegal rekonsiliasi, baik faktor eksternal maupun internal. Maka dengan itu, kami tidak terlalu was-was akan karakter dari sikap pemimpin Arab. Terus terang, saya terus melakukan kontak hubungan dengan para pemimpin dan pejabat Arab. Gambarannya tidak seperti yang digambarkan oleh media massa dengan menggambarkan bahwa sejumlah pimpinan OP berhasil menggaet sikap pemimpin Arab. Ini hanya sebatas keinginan sebagian dari mereka. Hari-hari ini, menurut keyakinan saya, kesadaran semua orang sangat tinggi dan mulai tahu fakta yang sebenarnya. Walaupun tidak harus dinyatakan dengan pernyataan yang transparan. Walau demikian, kami tidak cukup berhenti di masalah-masalah ini saja. Karena pada akhirnya yang kami inginkan hanya satu saja yaitu tercapainya dialog nasional, terwujudnya rekonsiliasi dan persatuan nasional serta melangkah jalan ini secara serius. Hamas, sejak Juni 2007 telah menyatakan kesiapan dan persiapan untuk itu. Jika ada pihak lain yang sudah matang dan siap, maka mereka akan mendapatkan kami siap memberikan berbagai harapan. Tapi dengan syarat rekonsiliasi ini sungguh-sungguh dan tidak main-main yang mencakup semua agenda dan tuntutan Palestina agar kita bisa merealisasikan islah yang sebenarnya antara Fatah dan Hamas hingga sampai kepada semua faksi perlawanan Palestina lainnya.

Bagaimana Anda akan menghadapi sikap negara-negara Arab seperti Yordania, Mesir dan Arab Saudi yang secara terang-terangan mendukung legalitas Abbas. Anda juga tentu tahu bahwa tak ada islah yang bisa direalisasikan kecuali mendapatkan ketok palu dari negara-negara tersebut?

Kami di Hamas tidak mempermasalahkan tentang legalitas kepemimpinan Abbas di OP selama itu dihasilkan dari hasil pemilu. Bagi kami tidak ada masalah jika negara-negara Arab tadi bersama pimpinan OP. Tapi apa yang selalu kami sampaikan kepada negara-negara dan kami ulang-ulangi sejak setahun lalu, bahwa harus diperhatikan interaksi dengan semua lembaga-lembaga legal Palestina. Seperti kepala OP yang dipilih itu legal, begitu juga DPR Palestina legal. Hal yang sama berlaku pada setiap lembaga dan jabatan politik Palestina yang legalitasnya bergantung pada pemilihan dan hukum yang berlaku, maka semua pihak harus menghormatinya.

Kemudian tidak benar bahwa ketiga negara Arab yang Anda sebutkan tadi memblok kepada salah satu pihak dan tidak menerima pihak yang lain. Negara-negara Arab tadi berikut yang lainnya tidak semuanya pada sikap yang satu. Disana banyak sikap yang berbeda antara negara satu dengan lainnya. Kami menghormati setiap sikap yang ada walaupun kami berbeda dengannya. Juga, negara-negara itu berhak menentukan kebijakannya masing-masing. Jika kita sampai pada titik rekonsiliasi yang hakiki, orang-orang Arab itu akan tahu siapa yang sebenarnya bersama rekonsiliasi dan siapa yang melawannya. Walau demikian saya tetap berharap agar rekonsiliasi ini berhasil dan semua pihak menganggapnya positif. Kami selalu merespon dengan semua upaya Arab yang serius dalam soal rekonsiliasi ini. Kami tanda-tangani kesepakatan Kairo tahun 2005, di Mekkah tahun 2007 dan di San’a tahun 2008, sebagaimana yang kami lakukan sebelumnya. Hari yang akan datang kami akan terus melanjutkan dalam mensukseskan rekonsiliasi Palestina ini. Inilah tujuan kami jauh dari semua intrik-intrik yang lain.

Pembicaraan Anda tentang lembaga-lembaga formal mengingatkan saya dengan “pembantaian” yang terjadi dan yang akan terjadi pada UUD dalam situasi perpecahan antara Gaza dan Ramallah dimana masing-masing pihak menafsirkan hukum sesuai kehendaknya sendiri-sendiri. Dimulai dari legalitas pembentukan pemerintahan hingga ke konstitusional perpanjangan masa kekuasaan kepala OP dan pembubaran DPR serta yang lainnya. Bentuk perundingan hukum apa bagi perbedaan-perbedaan seperti itu berikut hasil-hasilnya jika nanti Anda duduk bersama di meja perundingan?

Sesuai jabatan, tanggungjawab dan keyakinan saya bahwa perlu sekali fokus pada hal yang nampak dan terlihat. Saya tidak peduli dengan rincian-rincian yang ada di dalam masalah ini atau masalah lainnya. Bagi saya yang paling mendasar adalah dua masalah, pertama UUD Palestina harus dihormati dimana setiap orang tidak keluar dari koridor ini walaupun memiliki interpretasi masing-masing. Pada akhirnya disana ada UUD, maka semua pihak harus menghormatinya dan komitmen menjalankannya karena ia sebagai hakim antara semua elemen masyarakat Palestina. Jika tidak, maka akan terjadi kekacauan. Kedua, untuk solusinya di tanah Palestina harus berdasarkan pada kaidah rekonsiliasi dan konsensus nasional. Dengan itu, semua masalah akan berjalan dengan baik. Tanpa itu, kita akan terjerumus dalam tarik ulur dan kekacauan yang akan berakibat negatif bagi bangsa dan rakyat Palestina itu sendiri.

Hamas dan Iran

Sejumlah pihak di Palestina, bahkan negara-negara Arab, menuduh Anda condong kepada politik Iran di wilayah Timur Tengah ini sebagai imbalan atas bantuan politik dan dana yang diberikan kepada gerakan Anda, apa komentar Anda?

Hubungan kami dengan Iran bukan berdasarkan pada hubungan antar negara-negara Arab. Hamas, sejak berdiri tahun 1987 tetap menjaga hubungan baik dengan semua negara Arab. Dalam waktu singkat hubungan baik itu terjadi antara kami dengan Kuwait, Iraq, Arab Saudi, Sudan, Yaman, Afrika bagian utara, negara-negara Teluk, Suriah dan Iran. Negara-negara ini sangat menjaga untuk menjauhi bentuk-bentuk negatif yang negara lain sempat terjebak didalamnya, seperti memblok atau campur tangan dalam soal orbit. Semua pihak menyaksikan bahwa mereka tidak pernah campur tangan dalam krisis-krisis Arab, ataupun dalam problem dengan negara Arab manapun, baik negara itu sebagai teman ataupun lawan. Saya katakan lawannya karena Hamas tidak memusuhi siapapun. Kami terus akan mengetuk pintu semua saudara Arab karena dorongan emosional Arab. Tapi apa yang akan bisa kami lakukan jika sebagian negara tersebut ada yang tidak menyambut ketukan kami itu. Seperti pepatah Mesir yang mengatakan;”Cinta itu tidak datang dari satu pihak saja.”

Gerakan Hamas, seperti mereka tidak ikut campur tangan orang lain, gerakan ini juga tidak mengizinkan kepada siapapun untuk campur tangan dalam urusannya. Dan menurut keyakinan saya, negara-negara Arab itu termasuk pihak yang lebih tahu tentang hal itu. Hamas, walaupun memiliki hubungan erat dengan Iran namun tidak berada di sakunya. Begitu juga, Hamas tidak berada di dalam saku Suriah. Hubungan kami tetap berjalan dengan semua pihak berdasarkan pada kaidah saling menghormati. Kami terus menjaga keseimbangannya dan keseimbangan regional wilayah Timur Tengah serta kemaslahatan bangsa Arab secara menyeluruh.

0 komentar: